web 2.0

Monday, March 12, 2012

Pesona Kota Kediri

Simpang 5 Kediri
Setelah sekian lama tidak menulis, akhirnya hari ini saya mencoba memberanikan diri untuk mulai menulis lagi. Selama vakum menulis konten di sini, saya menghabiskan waktu untuk fokus ke pekerjaan dan karena tuntuan pekerjaan itu pula, saya selama ini melanglang buana ke beberapa wilayah di Indonesia. Niatan saya untuk mulai menulis lagi adalah untuk berbagi pengalaman dari kunjungan saya ke beberapa wilayah tersebut.
Dimulai dari kediri, artikel ini saya tulis di perjalanan pulang dari Kediri menuju Surabaya. Jumat sore, 9 Maret 2012, saya berangkat dari Surabaya menuju Kediri dengan naik bus patas. Perjalanan waktu itu cukup menegangkan, karena kebetulan saya duduk persis di samping supir. Hampir 3 jam di perjalanan, saya akhirnya sampai di Kediri. Dan cerita menarik seputar kota inipun mulai saya temui.

1. Nasi Goreng Gerobak
Nasi Goreng Murah Meriah
Di sepanjang jalan kota Kediri, tidak sulit untuk menemukan penjual nasi goreng yang murah meriah. Dengan harga sekitar 6rb rupiah, kita sudah bisa menikmati seporsi nasi goreng. Uniknya, penjual nasi goreng di sini tidak menggunakan elpiji untuk memasak, melainkan dengan menggunakan api tradisional berupa arang dan dikipas-kipasi agar api tetap menyala. Selain itu, memasaknya pun per porsi. Jadi, jika kita datang berlima, maka harus sabar menunggu nasi goreng ini dimasak satu persatu. Bagaimana jika rombongan dengan 20 orang? Hmm, saya sarankan Anda punya waktu banyak karena penjual nasi goreng di sini tetap akan memasak per porsi demi sempurnanya rasa dari nasi goreng yang mereka sajikan.

2. Udara Dengan Aroma 'Gudang Garam'
Tentunya Anda sudah kenal dengan rokok Gudang Garam bukan? Rokok yang sudah dikirim ke seluruh pelosok dunia ini bermarkas di Kediri. Yang membuat saya salut adalah pemilik perusahaan ini, beliau sangat sangat ramah terhadap penduduk sekitar. Bahkan kabarnya, beliau masih mau bergabung makan di nasi goreng gerobak di pinggiran jalan. Saat anaknya lulus dari kuliah S2 di Amerika, ia tidak langsung ditempatkan di posisi tertinggi di perusahaan, melainkan di mulai dari posisi terbawah dulu. Hal ini cukup membuat saya salut.
Di malam hari, udara kota Kediri, khususnya di daerah dekat pabrik, tercium aroma khas tembakau rokok Gudang Garam. Bagi para perokok, ini disebut sebagai merokok tanpa biaya.
Hmm..sebenarnya masih banyak yang bisa saya ceritakan, namun untuk sementara, kita sudahi sampai di sini dulu ya. Maklum, artikel ini dibuat via smartphone, agak cape ngetiknya. Terima kasih buat para pembaca.


0 komentar:

Post a Comment